‘Kata
filsuf sia-sia adalah penderitaan manusia’
Pepatah
mengatakan
Untuk
seorang filsuf akademik dalam tradisi amerika anglo sangat jarang untuk
membahas topic spiritualitas. Kali ini mungkin telah di kaitkan dengan
pandangan filsafat sebagai batas pada analisis balik konseptual dengan teori
logika. Saat ini hamper setiap aspek kehidupan manusia telaah membuat subjek dari beberapa departemen ‘’diterapkannya filsafat’’ itu tidak bisa di katakan
bahwa subjek spiritualitas terletak diluar bidang penyelidikan filosofis yang
wajar. Akan tetapi hampir seluruhnya diabaikan.
Ada
alasan lain mengapa para filsuf akademik tidak berfikir untuk mengeksplorasi
subjek. Untuk spiritualitas , agama dan dari aspek metafisik yang menarik
sehingga membentuk subjek teologi alam,
dan orang-orang keasikan merenung dalam domain afektif, jika tidak pada bidang
irasionalitas. Kadang seorang filsuf datang untuk berbicara, datang dan
berhenti di pintu gereja lalu mendekati
pria duduk dan berbicara spiritualitas untuk menunjukan apa yang sebenarnya
seperti dalam sebuah esai yang berjudul ‘’ apa yang terjadi ‘’ spiritualitas?.
Antony
melakukan latihan dengan melihat
beberapa istilah dengan kata yang terkait ;semangat,semangat , spiritis,
spiritual, disposisi (semangat), substansi, spirit, dan yang terakhir (spiritualis)
yang kemudian di kaitkan dengan karakteristik manusia yang lebih tinggi,untuk
hal-hal nonduniawi. Sehingga sebagai seorang ateis yang menganggap seorang
imaterialisme tidak masuk akal. Fiew tetap hidup selama berwujud, namun ia
berdiam sementara untuk mengecam pendidik yang mendukung kebijakan pembangunan
spiritual di Negara yang menganut ‘’sistem sekolah’’
Pembaca
akrab dengan tulisan-tulisan semangat
mungkin dengan titik ini akan bergabung
dengan beberapa orang-orang tertentu tanpa gelisah. Tentu saja ketika teori pendidikan berbicara
tentang ‘’pembangunan spiritual’’ merek biasanya berjuang dengan baik untuk
mengambil hal-0hal positif dalam iman, atau terlibat dalam praktek
aaggrandising atau melakukan keduanya sekaligus. Apresiasi seni music dan budidaya
kepedulian terhadap perasaan orang lain adalah pendidik yang berharga, tapi
titik dan nilai mereka dibuat kurang dan tidak lebih jelas dengan menggambarkan
mereka sebagai bagian dari ‘pengembangan spiritual’, belum meningkatnya jumalh
pendidik yang menggunakan cara ini sehingga membutuhkan guru yang dapat
bertindak atas hal itu, dapat menentukan kebutuhan, misalnya untuk mendorong
anak-anak, pengalaman, kagum dan heran.
Sikap yang di kelompokan dari ‘ spiritual
‘ di simpan dan di mengerti dalam fenomena transenden? Bahkan menempatkan titik
dalam hal objek yang disengaja dan di tampilkan, pertanyaannya adalah apakah
spiritual bisa seperti agama. Yang memang merupakan salah satu cara
memperkenalkan sunjek essai ini; bisa ada spiritual religious, dan bentuknya,
dalam domain agama ‘spiritual’ tentu memiliki arti yang pasti teologis rumah
yang tida berantakan adalah hal yang mengacu pada hal-hal yang mengenai
rohkudus, adanya keberanian, pengetahuan, penghormatan, pemahaman,
kebijaksanaan, heran dan kagum serta berbagai macam buah-buahan dalam surat ke
Galatia . keseluruhan dari ini ada satu mengatakan bahwa kehidupan spiritual
adalah yang diberikan untuk penari kehidupan setelah aranes dewa, kondidi di
tempuh melalu doa dan meditasi yanmg di capai melalu kasih sayang, perhatian
dan rahmat.
Saya
bukan tertarik, namun kemungkinan
spiritualitas nonreligius dan dalam pikirannya bahwa ini tidak mungkin hanya filosofis
kredibel tetapi itu adalah aspek sentral dari filsafat itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar