Sabtu, 17 Desember 2016

Filosofi Sia-sia adalah penderitaan manusia

‘Kata filsuf sia-sia adalah penderitaan manusia’
Pepatah mengatakan

Untuk seorang filsuf akademik dalam tradisi amerika anglo sangat jarang untuk membahas topic spiritualitas. Kali ini mungkin telah di kaitkan dengan pandangan filsafat sebagai batas pada analisis balik konseptual dengan teori logika. Saat ini hamper setiap aspek kehidupan manusia telaah membuat subjek dari beberapa departemen ‘’diterapkannya filsafat’’ itu tidak bisa di katakan bahwa subjek spiritualitas terletak diluar bidang penyelidikan filosofis yang wajar. Akan tetapi hampir seluruhnya diabaikan.
Ada alasan lain mengapa para filsuf akademik tidak berfikir untuk mengeksplorasi subjek. Untuk spiritualitas , agama dan dari aspek metafisik yang menarik sehingga membentuk  subjek teologi alam, dan orang-orang keasikan merenung dalam domain afektif, jika tidak pada bidang irasionalitas. Kadang seorang filsuf datang untuk berbicara, datang dan berhenti di  pintu gereja lalu mendekati pria duduk dan berbicara spiritualitas untuk menunjukan apa yang sebenarnya seperti dalam sebuah esai yang berjudul ‘’ apa yang terjadi ‘’ spiritualitas?.
Antony melakukan latihan dengan melihat   beberapa istilah dengan kata yang terkait ;semangat,semangat , spiritis, spiritual, disposisi (semangat), substansi, spirit, dan yang terakhir (spiritualis) yang kemudian di kaitkan dengan karakteristik manusia yang lebih tinggi,untuk hal-hal nonduniawi. Sehingga sebagai seorang ateis yang menganggap seorang imaterialisme tidak masuk akal. Fiew tetap hidup selama berwujud, namun ia berdiam sementara untuk mengecam pendidik yang mendukung kebijakan pembangunan spiritual di Negara yang menganut ‘’sistem sekolah’’
Pembaca akrab  dengan tulisan-tulisan semangat mungkin dengan titik  ini akan bergabung dengan beberapa orang-orang tertentu tanpa gelisah.  Tentu saja ketika teori pendidikan berbicara tentang ‘’pembangunan spiritual’’ merek biasanya berjuang dengan baik untuk mengambil hal-0hal positif dalam iman, atau terlibat dalam praktek aaggrandising atau melakukan keduanya sekaligus. Apresiasi seni music dan budidaya kepedulian terhadap perasaan orang lain adalah pendidik yang berharga, tapi titik dan nilai mereka dibuat kurang dan tidak lebih jelas dengan menggambarkan mereka sebagai bagian dari ‘pengembangan spiritual’, belum meningkatnya jumalh pendidik yang menggunakan cara ini sehingga membutuhkan guru yang dapat bertindak atas hal itu, dapat menentukan kebutuhan, misalnya untuk mendorong anak-anak, pengalaman, kagum dan heran.
Sikap yang di kelompokan dari ‘ spiritual ‘ di simpan dan di mengerti dalam fenomena transenden? Bahkan menempatkan titik dalam hal objek yang disengaja dan di tampilkan, pertanyaannya adalah apakah spiritual bisa seperti agama. Yang memang merupakan salah satu cara memperkenalkan sunjek essai ini; bisa ada spiritual religious, dan bentuknya, dalam domain agama ‘spiritual’ tentu memiliki arti yang pasti teologis rumah yang tida berantakan adalah hal yang mengacu pada hal-hal yang mengenai rohkudus, adanya keberanian, pengetahuan, penghormatan, pemahaman, kebijaksanaan, heran dan kagum serta berbagai macam buah-buahan dalam surat ke Galatia . keseluruhan dari ini ada satu mengatakan bahwa kehidupan spiritual adalah yang diberikan untuk penari kehidupan setelah aranes dewa, kondidi di tempuh melalu doa dan meditasi yanmg di capai melalu kasih sayang, perhatian dan rahmat.

Saya bukan tertarik,  namun kemungkinan spiritualitas nonreligius dan dalam pikirannya bahwa ini tidak mungkin hanya filosofis kredibel tetapi itu adalah aspek sentral dari filsafat itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar