Minggu, 18 Desember 2016

Filsafat Sumber Pengetahuan

SUMBER PENGETAHUAN
            Sebagaimana telah disebutkan bahwa sumber pengetahuan manusia terdiri dari rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu. Dengan keempat inilah manusia mencari apa yang disebut dengan kebenaran.
  1. Rasio
            Rasio biasa kita mengenalnya sebagai akal pikiran. Kata akal berasal dari kata Arab, yaitu al-‘aql ( ) yang dalam bentuk kata benda tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya menyebutnya dalam bentuk kata kerja seperti ‘aqaluh, ta’qilun, na’qil, ya’qiluha dan ya’qilun yang mengandung arti faham dan mengerti seperti terdapat pada ayat 46 surat al Hajj:
Artinya: Apakah mereka tidak melakukan perjalanan dipermukaan bumi dan mereka mempunyai qalbu untuk memahami atau telinga untuk mendengar; sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tetapi qalbu didalam dadalah yang buta. (QS. 22:46)
            Manusia yang menjadikan rasio atau akal sebagai sumber pengetahuan disebut dengan kaum rasionalis yang mengembangkan paham rasionalisme, yaitu paham yang menyatakan bahwa idea tentang kebenaran itu sudah ada dan pikiran manusia dapat mengetahui idea tersebut namun tidak menciptakannya dan tidak juga mempelajarinya lewat pengalaman (paham idealisme),. Dengan perkataan lain, idea tentang kebenaran, yang menjadi dasar pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Sistem pengetahuan dibangun secara koheren di atas landasan-landasan pernyataan yang sudah pasti[4]. Mereka menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
            Masalah utama yang timbul dari cara berpikir rasional adalah kriteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide dimana menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya namun belum tentu bagi orang lain. Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif, Karena premis-premisnya semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacam ini tak dapat dilakukan. Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistic dan subyektif.
            Para tokoh rasionalisme diantaranya adalah Plato dan Rene Descartes. Plato menyatakan bahwa manusia tidak mempelajari apapun; dia hanya “teringat apa yang telah dia ketahui”.Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum telah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran.
  1. Pengalaman / empiris
            Kebalikan dari kaum rasionalis, maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bersumber pada pengalaman yang kongkret. Gejala-gejala alamiah merupakan sesuatu yang bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Melalui gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang berulang-ulang dan menunjukkan pola yang teratur, memungkinkan manusia untuk melakukan generalisasi. Dengan mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
            Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang dapat tertangkap oleh pancaindera, sedangka panca indera manusia sangat terbatas kemampuannya dan terlebih penting lagi bahwa pancaindera manusia bias melakukan kesalahan. Misalnya bagaimana mata kita melihat sebatang pensil yang dimasukkan ke dalam gelas bagian yang terendam air terlihat bengkok.
  1. Intuisi
            Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pikirannya pada sesuatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai situ. Jawaban permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu.
            Bagimana hal tersebut dapat terjadi pada diri manusia? Para filosof musli mencoba menjawab pertanyaan tersebut diantaranya Al Kindi (796-873 M), Ibnu miskawaih (941-1030 M), dan Ibnu Sina (980-1037 M)
            Akal dalam derajat yang terakhir inilah yang merupakan akal tertinggi dan terkuat dayanya yang dimiliki para filosof atau orang-orang tertentu. Akal ini mampu terhubung dan dapat menangkap cahaya yang dipancarkan Tuhan ke alam materi melalui Akal yang sepuluh seperti tersebut dalam falsafat emanasi Al Farabi
            Demikianlalah menurut pendapat para filosof tentang akal mustafad / akal perolehan. Kaum sufi mengenalnya dengan istilah qalb, dzauq. Bergson menyebutnya intuisi dan Kant menyebutnya dengan moral atau akal praktis. Pengetahuan yang demikian menurut Ahmad Tafsir disebut sebagai pengetahuan mistik ( mystical knowledge ) dengan paradigma mistik ( mystical paradigm),yang didapat melalui metode latihan (riyadhah).dan metode yakin ( percaya )
Keingintahuan manusia tentang sesuatu yang berada dibalik materi, tentang siapakah yang berada dibalik keteraturan materi, yang menciptakan hukum-hukumnya bukanlah objek empiris dan bukan pula dapat dijangkau akal rasional dan objek ini dikenal dengan objek abstrak-supra-rasional atau meta rasional yang dapat dikenali melalui rasa, bukan pancaindera dan atau akal rasional.
4.   Wahyu
           Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy  dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api dan kecepatan. Disamping itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya mengandung pengertian pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat.
            Yang dimaksud dengan wahyu sebagai sumber pengetahuan adalah wahyu yang diturunkan kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada umat manusia agar dijadikan pegangan hidup berisi ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan bagi umat manusia di dunia dan akhirat. Dalam Islam wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW terkumpul dalam Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar