Senin, 26 Desember 2016

HAL YANG MEMAKSA BERFIKIR SEJALAN DENGAN FLSAFAT.


Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut :
a.       Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa yunani thaumasia) sebagai asal filsafat . Plato misalnya mengatakan : maka kita memberi pengamatan bintang-bintang , matahari dan langit . Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki . Dari penyelidikan ini berasal filsafat.
b.      Kesangsian
Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu . Apakah ia tidak ditipu oleh pancra indranya kalau ia heran ? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita liat ? Dimana dapat menemukan kepastian ? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat , keyakinan dan interpretasi.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya . Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan . Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya mansuia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

alam pemikiran filsafat

Mengenal alam pemikiran filsafat



Socrates lahir bagaikan seekor lalat yang berdengung diatas kepala kerbau , sangat mengganggu dan menjengkelkan . Akan tetapi, dengungan dan teriakan socrates di setiap sudut keramaian membawa misi agar manusia mengenali dirinya . Dengan ungkapannya “kenalilah dirimu “. Ia berteriak di ruang publik sehingga banyak orang mendengar dan terpengaruh . Kaisar dan para elite politik lainnya merasa terganggu dengan teriakan socrates tersebut.



Teriakan socrates membangunkan kesadaran manusia untuk terbuka pada kebanaran dan mengenali diri sendiri sebagai manusia seungguhnya . Manusia yang merdeka , manusia yang mencintai kebijaksanaan dan manusia yang menghargai prinsip hidupnya , yaitu manusia yang senantiasa melawan arus untuk sampai pada hulu kebenaran, bukan menunggu di muara yang telah terkontaminasi oleh berbagai sampah dan cara yang tidak halal.



Socrates beranggapan bahwa nilai itu bersifat tetap dan pasti menuju pada tercapainya suatu norma yaitu norma yang bersifat mutlak dan abadi, suatu norma yang sungguh-sungguh ada dalam arti yang absolut . Tujuan hidup socrates adalah menemukan norma itu , yang ada di dalam manusia itu sendiri . Di usianya yang ke 70 tahun , ia di hukum mati oleh kaisar karena di anggap telah merusak pikirana nak-anak muda. Dalam dialog plato, apologia , socrates terus membela pentingnya filsafat , mempertahankan ketidak bersalahanya dan menunjukan ketidakadilan tuntutan itu.


Meskipun dipenjara socrates tetap memiliki kesempatan untuk melarikan diri, namun itu tidak di lakukannya . Crito sahabatnya datang dan mengatakan bahwa banyak sahabat socrates siap sedia dengan sejumlah uang sogokan dan jalan bebas serta satu tempat melarikan diri di tempat yang aman . Namun socrates menolak tawaran itu dengan jawaban yang tidak jelas dan membingungkan sahabatnya . Bagi socrates mengejar kebahagiaan dengan cara melarikan diri dari penjara itu merupakan tindakan yang tidak bermoral , ia menegaskan bahwa kesenangan pribadinya pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak penting . Oleh karena ketidak adilan yang menimpa dirinya da perlakuan buruk kaisar padanya tidak dapat dijadikan alasan baginya untuk melarikan diri dan menolak vonis hukuman mati.



Daftar Pustaka



Fautanu, Idzam . 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Referensi

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Beberapa Pandangan Tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahaun mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagaimana terdapat dalam karya rizal mustansyir
A.    Cristian Wolff
Cristian wolff mengklasifikasi ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok besar yakni pengetahaun empiris,matematika dan filsafat. Skema nya sebagai berikut :
a.       Ilmu pengetahuan empiris
1.      Kronologis empiris
2.      Psikolgis empiris
b.      Matematika
1.      Murni : aritmetika, geometri, aljabar
2.      Campuran : mekanikam , dan lain-lain
c.       Filsafat :
1.      Spekulatif (metafisika) :
a.       Umum-ontologi
b.      Khusus : psikologi,kosmologi,theologi
2.      Praktis :
a.       Intelek/logika
b.      Kehendak : ekonomi,etika,politik
c.       Pekerjaan fisik : teknologi
B.     Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan auguste comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahaun itu sendiri,yang menunjukan gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.

Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut :
1.      Ilmu pasti (matematika)
2.      Ilmu perbintangan (astronomi)
3.      Ilmu alam (fisika)
4.      Ilmu kimia
5.      Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6.      Fisika sosial (sosiologi)

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut auguste comte secara garis besar dapat diskemakan sebagai berikut :
a.       Ilmu pengetahuan:
1.      Logika (matematika murni)
2.      Ilmu pengetahuan empiris :  astronomi,fisika,kimia, biologi, sosiologi
b.      Filsafat
1.      Metafisika
2.      Filsafat ilmu pengetahuan : pada umumnya, pada khusunya.

C.     Thomas S. Kuhn
Thomas S. Khun berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner , bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya . Revolusi inilah pertama-tama menyentuh wilayah paradigma yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret.

Daftar Pustaka

Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat . Jakarta : Bumi Aksara

Filsafat barat modern


Filsafat barat modern

Rasionalisme adalah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat pentng dalam memperoleh pengetahuan dan mengets pengetahuan . Alat jalan berfikir itu adalah kaidah logis. Rasionalsime merupakan lawan dari empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris . Contoh yang paling jelas adalah pemahaman tentang logika dan matematika yang penemuan-penemuannya bergitu pasti dan menjadi kebenaran universal .

Rasionalsime sudah diterapkan oleh thales dalam filsafatnya sehingga pada zaman modern , yang dijadikan tokoh pertamanya dalam filsafat adalah descartes . Filsafat rasionalsime pada zaman modern tumbuh pesat sebagai reaksi terhadap dominasi gereja abad pertengahan kristen di barat . Kesitimewaan descartes adalah keberaniannya melepaskan diri dari kerangkeng yang mengurung filsuf abad pertengahan . Corak utama pada filsafat modern adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa yunani kuno dan gerakan pemikiran descartes yang disebut bercorak renai sance .

Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern , menurut bertrand russel anggapan itu benar . Kata bapak diberikan kepada descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdiri atas keyakinanya sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akidah

Descartes lahir di le haye perancis tahun 1596 , ia belajar di jesuit college la universitas poitiers tapi descartes tidak pernah mempraktekannya . Dari 1616 sampai 1628 descartes banyak melakukan pengalaman dari satu negeri ke negeri lain . Ia masuk tiga dinas ketentaraan yang berbeda (belanda , batavia dan hangaria ) . Saat umurnya tiga puluh dua tahun descartes menetap di belanda selama tidak kurang dari dua puluh satu tahun . Di pilihnya belanda karena descartes menganggap bahawa belanda lebih menyediakan kebebasan intelektual dibandingkan negeri lain.



DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad . 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara

JAWABAN DARI PERTNYAAN "Hubungan Filsafat dengan Agama"

Hubungan Filsafat dengan Agama
Menurut Hocking (1946), agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusia dari kesulitan. Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk memperoleh kehidupan yang baik dan merenungkannya sebagai suatu tuntutan kosmis,. Menusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama karena manurus keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal sepert halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan. Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaanya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan agama atau tauhid meurpkan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dnia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajran bagi anak didi, dimna alandasan tauhi dan spritual keagaaamini menyangkut dengan hakikat menusi asebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pendidikan dan pemblajarna yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidan dan spritual kegaman yaitu menurut ajaran agama islam. Pandangan filsafat menurut agama islam tertung semuanga pada Al-qur’an yang dijadikan seabgaipegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman. Karena dia yakin bahwa semuanya. Baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Filsafat merupakan pertolongan yang sangat penting pula pengaruhnya terhadap seluruh sikap dan pandangan orang, karena filsafat justru hendak memberikan dasar-dasar yang terdalam mengenai hakikat manusia dan dunia. Ada beberapa hal yang penting dalam agama yaitu : menyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada dilangit dan dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan, sifat buruk dan baik dan lain sebagainya,juga diselidi oleh filsafat karena itu meurpakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama didasarkan pada wahtu atau firman-firman Allah, sedangkan kebenaran dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka, agama telah mengaskan bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dalam agama terutama gama islam adanya aturan-aturan yang ditetapkan Allah, dimnaa aturah Allah adalah wajib, sunat, haram, makhru dan mubah. Jadi agama dan pendidikan merupakan dual yang saling berhubungan dan saling berkaitan, maksudnya adalah didalam agama ada aturan-aturan yang harus dipatuhi sedangkan dalam pendidikan juga ada aturan yang harus dipatuhi dan semua atuaran baik agama maupun pendiidkan dijalankan dan diterapkan oleh manusia.
Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama diantaranya : setiap orang diharapkan merenung dalamhikmah untuk menjadi prosesn pendidikan dan usaha-usaha pendidkan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan perinsip dan keyakinan.

.Kesimpulan
Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.

Pengertian Filsafat

Pengertian Filsafat
            Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal hakikat yang ada.
 
2.2. Pengertian Agama
Kata agama dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat, kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan, cahaya, kehidupan hakiki, amar ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.
Agama ialah suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya sesuai tata ketentuan yang telah ditetapkan.
Menurut sumbernya agama dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Agama samawi (agama wahyu atau langit)
2.      Agama budaya (agama bumi)
Contoh dari agama samawi salah satumya adalah islam. Agama islam adalah wahyu dari Allah yang diturunkan pada rosul-Nya sebagai suatu sistem keyakinan dan tata aturan yang mengatur segala pri kehidupan dan kehidupan manusia dalam hubungan nya dengan Tuhan, sesama makhluk maupun alam yang bertujuan mencari keridhoan Allah serta keselamatan dunia dan akhirat.
Agama islam bersumber dari kitab suci yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di atas planet bumi berupa Al quran sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya.

Hubungan antara filsafat dengan agama

hubungan antara filsafat dengan agama

Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Agama memang tidak mudah untuk di defenisikan karena agama mengambil bentuk yang bermacam-macam, namun semua orang berkesimpulan bahwa agama segala yang menunjukkan pada kesucian, rasa suci. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.”
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Di samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam, dan semua ini yang hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud filsafat?
2.      Apa yang dimaksud agama?
3.      Apa hubungan filsafat dan agama?

Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme

Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme

Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:
 Desiderius Erasmus,humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.
 Johann Amos Comenius,yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
 Johann Henrich Pestalozzi,sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.
 Johann Friederich Frobel,1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
 Johann Friederich Harbert,yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.
 William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.

FILSAFAT ILMU DAAN FILSAFAT BERTANYA

Filsafat Ilmu Pengetahuan (Philosophy of Scientific Knowledge), merupakan cabang dari Filsafat Pengetahuan (Epistemologi). Ia kadang disebut sebagai Theory of Science,Science of Science. Mengapa demikian (jelaskan berdasarkan istilah-istilah tersebut), dan apa yang sebenarnya yang menjadi kajian utama/ruang lingkup kajian dari disiplin Filsafat Ilmu itu. Dan apa manfaat Filsafat Ilmu dalam kehidupan anda sebagai seorang ilmuan. Jelaskan !
Jawab:
Kerangka pengetahuan sebuah ilmu dibangun berdasarkan filsafat pengetahuan (Epistemology) yang mana kemudian menjadi salah satu dasar penyangga ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu berasal dari proses apa yang namanya itu tahu yang kemudian berkembang menjadi pengetahuan (knowledge). Pengetahuan dapat diperoleh melalui pemahaman yang dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indera, akal dan hati. Oleh karenanya sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa filsafat pengetahuan (philosopi of scientific knowledge) disebut sebagai theory of science, science of science.
Kajian utama dari filsafat ilmu adalah:Wilayah ontologis: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia?
Wilayah epistemologis: Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Wilayah aksiologis: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan ilmu pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral atau etika? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional?
Sedangkan manfaat filsafat ilmu bagi kehidupan saya adalah memberi motivasi saya untuk mengetahui suatu lebih dalam lagi mengenai hakikat ilmu, cara memperoleh ilmu serta yang paling penting adalah manfaat dari ilmu yang ditemukan. Karena ilmu tanpa dilandasi nilai manfaat akan sia-sia bahkan menimbulkan mudharat. Selain itu juga membantu saya dalam memahami ilmu yang telah berkembang dengan pesat.

PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

FILOSOFIS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA


Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan) bahasa Yunani yang menjadi asal muasal kata dari filosofi atau filsafat. Filosofi berarti cinta akan kebijaksanaan. Dari sinilah sebuah filosofi dikatakan sebagai ilmu yang menjadi dasar dari seluruh ilmu yang menjadi panutan manusia. Tanpa adanya sebuah filosofi maka ilmu yang lain tidak akan berkembang. Filosofi dapat berguna untuk mengentaskan manusia dari kehilangan jati diri yang memiliki sebuah tujuan dan arah.
Filosofi dalam pendidikan mencakup suatu kebijakan-kebijakan pendidikan yang baru, mengusulkan cita-cita yang baru tanpa mempertimbangkan persoalan filosofis seperti hakikat kehidupan yang baik, kemana pendidikan diarahkan. Sebuah filosofi memiliki bagian yang penting yaitu mencari sebuah norma-norma serta tujuan. Dengan itu filosofi dapat mendorong manusia memperluas bidang kesadaran untuk menjadi lebih baik, lebih cerdas dan lebih aktif. Selain itu dapat menumbuhkan keyakinan akan agama dengan fondasi yang matang secara intelektual dalam diri manusia. Keterkaitan dengan agama yaitu suatu keharmonisan, penyesuaian, tanggung jawab, komitmen, pengabdian, perdamaian, kebijakan, keselamatan serta tentang Tuhan.

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang ia berikan begitu besar terhadap bangsanya. Banyaknya karya yang membuat Indonesia menjadi bangga pun sering ia lakukan. Bahkan saking begitu banyak membuat Indonesia bangga, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara menjadi hari Pendidikan Nasional. Hari yang dikenal seluruh warga Indonesia. Hari seseorang yang dilahirkan untuk memerdekakan pendidikan di Indonesia. Dengan kepintaran, kebijaksanaan, tekun dan berani memerdekakan hak dari orang lain dan bangsanya melawan penjajah.
Ki Hajar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 meninggal di usia 69 tahun di Yogyakarta, 26 April 1959. Dengan nama kecil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat) setelah itu sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara (EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro). Beliau merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia saat zaman penjajahan Belanda.
ELS merupakan sekolah dasar di Eropa, Belanda yang menjadi lulusan Ki Hajar Dewantara. Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial. Banyak karya-karya yang dimiliki beliau.
Berbagai macam cara yang dilakukan Ki Hajar dewantara demi memperjuangkan kemerdekaan pendidikan Indonesia. Salah satunya dengan seringnya mengubah namanya sediri. Hal tersebut dimasudkan untuk menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak. Adapun tujuannya adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dengan berbagai ide yang dimiliki dari Ki Hajar Dewantara ada satu konsep yang terlupakan. Ki Hajar pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding. Kalau kita mengingat masa lalu ketika masih di bangku sekolah, bentuk ruang kelas kita rata-rata adalah persegi empat. Nah, Ki Hajar menyarankan ruang kelas itu hanya dibangun 3 sisi dinding saja. Ada satu sisi yang terbuka. Konsep ini bukan main-main filosofinya. Dengan ada satu dinding yang terbuka, maka seolah hendak menegaskan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar.
Coba bandingkan dengan bentuk kelas kita dulu saat kecil. Empat dinding tembok, dengan jendela tinggi-tinggi, sehingga kita yang masih kecil tidak bisa melihat keluar. Lalu biasanya di dinding digantungi foto-foto pahlawan perang yang angker-angker, dari Pattimura, Teuku Umar, Diponegoro sampai Sultan Hasanudin. Jarang sekali ada yang memasang foto pujangga masa lalu seperti Buya Hamka, Ranggawarsito, Marah Rusli, dll. Paling-paling pujangga yang sempat diingat anak-anak SD adalah WR Supratman.
Konsep menyatunya kelas tempat belajar dengan realitas yang ditawarkan Ki Hajar, mungkin memang bukan orisinil dari Beliau. Mungkin konsep ini sudah ada sebelumnya Ki Hajar hidup. Namun ketika Ki Hajar merumuskan konsep ini dengan istilah 3 dinding, menunjukkan betapa luasnya wawasan Beliau dan mampu mengadaptasi konsep tersebut dalam budaya Indonesia.
Banyak karya beliau yang menjadi landasan rakyat Indonesia dalam mengembangkan pendidikan, khususnya kalimat filosofis (selain dari konsep 3 dinding diatas) seperti ING NGARSO SUNTOLODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Semboyannya yang paling terkenal yaitu “tut wuri handayani” yang selalu tertempel di topi, dasi, dan tidak jarang juga di dada setiap siswa siswi Indonesia dari SD sampai SMU.
Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta. Sebuah lembaga yang pertama kali menjadi motivator bagi warga negara Indonesia demi melanjutkan kemerdekaan yang akan menjadi proses kemerdekaan kita saat ini. Sejak awal Taman Siswa memiliki semboyan yang tertera diatas. Semboyan yang sering dipertanyakan oleh berbagai peserta didik saat ini. Apa yang terkandung dalam semboyan yang menjadi dasar filosofi pendidikan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara.
Dengan jelas semboyan yang menjadi kalimat filosofi pendidikan ini mampu mengantarkan Indonesia mencapai kemerdekaan. Kemerdekaan yang mampu menunjukkan dimana jati diri dengan tujuan dan arah yang akan dicapai atau diperoleh oleh setiap manusia yang berdiri tegak ditanah Indonesia. Semboyan yang mengantarkan nama baik pendidikan diIndonesia didepan umum. Pendidikan pun menjadi kenginan warga Indonesia untuk mengenal dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan persepsi filsafat bagaimana seorang manusia memanusiakan manusia. Dengan begitu dapa terwujud  melalui pendidikan.
SUMBER:
http://www.ayosekolah.com/forum/34-apa-kata-dunia-/739-tokoh-pendidikan-nasional.html
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2248
http://noveonline.wordpress.com/2007/11/28/8/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara
http://bruderfic.or.id/h-59/pemikiran-ki-hajar-dewantara-tentang-pendidikan.html

FILOSOFI PRINSIP DESIGN GRAFIS

FILOSOFI WARNA DAN PRINSIP DESIGN GRAFIS


Kadang dalam men-desain sesuatu kita hanya sembarangan dalam memakai warna, tanpa tahu apa arti dari warna yang kita pake... en parahnya lagi kalo kita buat sebuah logo instansi atau perusahaan tapi nggak tahu warna apa yang harus dipake... bisa-bisa nggak cocok sama FILOSOFI sebuah instansi atau perusahaan tersebut.. karna emang pada dasarnya setiap warna itu memiliki filosofi tertentu ( walaupun tidak semua ya...) so berikut arti dari masing-masing warna ( Primer)..

MERAH
Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya.
Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain. Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti 'bahagia' di budaya Oriental.
BIRU
Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehnologi, Kebersihan, Keteraturan.
Banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan 'kepercayaan'.
HIJAU
Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan.
Warna Hijau tidak terlalu 'sukses' untuk ukuran Global. Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tetapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai.
KUNING
Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan.
Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu.
UNGU
Spiritual, Misteri, Kebangsawanan, Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan.
Warna Ungu sangat jarang ditemui di alam.
COKLAT
Energy, Keseimbangan, Kehangatan.
Menekankan sebuah produk yang tidak mahal.
Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan.
Kemasan makanan di Amerika sering memakai warna Coklat dan sangat sukses, tetapi di Kolumbia, warna Coklat untuk kemasan kurang begitu membawa hasil.
ABU-ABU
Intelek, Masa Depan (kayak warna Milenium), Kesederhanaan, Kesedihan.
Warna Abu abu adalah warna yang paling gampang/mudah dilihat oleh mata.
HITAM
Power, Seksualitas, Kecanggihan, Kematian, Misteri, Ketakutan, Kesedihan, Keanggunan.
Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya Barat. Sebagai warna Kemasan, Hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran (Wealth) dan Kecanggihan (Sopiscated).
Prinsip Design grafis
Prinsip-prinsip desain membantu menentukan bagaimana menggunakan elemen desain. Ada empat prinsip desain: keseimbangan, penekanan, irama, dan kesatuan. Prinsip-prinsip desain membantu anda untuk menggabungkan berbagai elemen desain ke dalam tata letak yang baik.
Keseimbangan
Setiap elemen pada susunan visual berat yang telah ditentukan oleh ukurannya, kegelapan atau keringanan, dan ketebalan dari baris. Ada dua pendekatan dasar untuk menyeimbangkan. Yang pertama adalah keseimbangan simetris yang merupakan susunan dari elemen agar merata ke kiri dan ke kanan dari pusat. Yang kedua adalah keseimbangan asimetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama di setiap sisi halaman. Warna, nilai, ukuran, bentuk, dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing.
Simetris bisa menjadi kekuatan dan stabilitas publikasi, presentasi, dan situs web. Asimetris dapat menyiratkan kontras, berbagai gerakan, mengejutkan dll. Hal ini cocok untuk modern dan publikasi hiburan, presentasi, dan situs web.
Untuk menciptakan keseimbangan:
1. Ulangi bentuk tertentu secara berkala, baik secara vertikal maupun horizontal.
2. Pusat elemen pada halaman.
3. Menempatkan beberapa visuals kecil di satu daerah untuk menyeimbangkan satu blok besar gambar atau teks.
4. Gunakan satu atau dua bentuk aneh dan membuat bentuk biasa.
5. Keringanan teks potong-berat dengan terang, berwarna-warni visual.
6. Meninggalkan banyak spasi besar sekitar blok teks atau foto gelap.
7. Offset besar, gelap foto atau ilustrasi dengan beberapa lembar teks kecil, masing-masing dikelilingi oleh banyak spasi.

Irama
Rhythm / Irama adalah pola berulang yang dibuat oleh unsur-unsur yang berbeda-beda. Pengulangan (mengulangi unsur serupa dalam cara yang konsisten) dan variasi (perubahan dalam bentuk, ukuran, posisi atau elemen) adalah kunci untuk visual ritme. Menempatkan elemen dalam sebuah layout secara berkala membuat halus, dan bahkan ritme yang tenang, santai moods. Sudden perubahan pada ukuran dan jarak antara unsur membuat cepat, ritme hidup dan suasana hati yang menyenangkan.
Untuk membuat rhythm:
1. Ulangi sejumlah elemen berbentuk mirip, bahkan dengan spasi putih di antara masing-masing, untuk menciptakan sebuah ritme biasa.
2. Ulangi rangkaian semakin besar elemen yang lebih besar dengan spasi putih di antara setiap ritme yang progresif.
3. Alternatif gelap, huruf tebal dan ringan, tipis jenis.
4. Alternatif gelap halaman (dengan banyak jenis grafik atau gelap) dengan cahaya halaman (dengan jenis lebih sedikit dan berwarna muda grafis).
5. Mengulang bentuk yang sama di berbagai bidang sebuah layout.
6. Ulangi elemen yang sama pada posisi yang sama pada setiap halaman yang dicetak penerbitan seperti newsletter.

Penekanan
Penekanan yang berdiri atau mendapat perhatian pertama. Tata letak setiap kebutuhan yang penting untuk menarik para pembaca mata ke bagian penting dari tata letak. Terlalu banyak fokus poin kekalahan tujuan. Umumnya, yang penting dibuat ketika salah satu unsur yang berbeda dari yang lainnya.
Untuk membuat penekanan:
1. Gunakan rangkaian merata spaced, persegi di samping foto yang digariskan foto dengan bentuk yang tidak biasa.
2. Letakkan bagian yang penting dari teks pada sudut melengkung atau sekaligus menjaga semua jenis yang lainnya di kolom lurus.
3. Gunakan huruf tebal, hitam untuk judul dan jenis subheads ringan teks dan banyak lainnya untuk semua teks.
4. Tempat yang besar di sebelah gambar kecil sedikit teks.
5. Reverse (gunakan jenis putih) yang utama dari sebuah kotak hitam atau berwarna.
6. Gunakan warna yang tidak biasa atau jenis font yang paling penting untuk informasi.
7. Letakkan daftar yang ingin Anda sorot di sidebar dalam kotak berbayang.

Kesatuan
Kesatuan membantu semua elemen seperti milik mereka bersama. Pembaca harus visual cues untuk memberitahu mereka tahu potong merupakan salah satu unit-teks, headline, foto, gambar, dan keterangan semua pergi bersama-sama.
Menyatukan elemen elemen oleh kelompok yang saling berdekatan sehingga mereka terlihat seperti milik mereka bersama. Ulangi warna, bentuk, dan tekstur. Gunakan kotak (dengan struktur yang halaman) untuk membuat kerangka untuk margin, kolom, jarak, dan proporsi.
Untuk membuat persatuan:
1. Gunakan hanya satu atau dua typestyles dan berbeda ukuran atau berat untuk kontras seluruh publikasi, presentasi, atau situs web.
2. Konsisten dengan jenis font, ukuran, dan gaya untuk judul, subheads, keterangan, headers, footers, dll di seluruh publikasi, presentasi, atau situs web.
3. Menggunakan palet warna yang sama di seluruh.
4. Mengulang warna, bentuk, atau tekstur yang berbeda di seluruh wilayah.
5. Pilih visuals yang berbagi serupa warna, tema, atau bentuk.
6. Memperderetkan foto dan teks yang sama dengan grid baris.

HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN


Sebagaimaan telah dikemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.



Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya,  akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan –pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.

2.   Filsafat , juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat

REALITA HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN

REALITA HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN


Kita berusaha melihat realita hubungannya, berdasarkan suatu asumsi, bahwa keduanya merupakan kegiatan manusia. Kegiatan manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam hasilnya. Dilihat dari hasilnya,filsafat dan ilmu merupakan hasil dari pada berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan ), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.

Filsafat dan ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan antara filsafat dan ilmu, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.

FILSAFAT ALAM

FILSAFAT PRA SOCRATES (FILOSOF ALAM)


Sebelum filsafat menaiki pangung yunani, banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan oleh manusia, dan pertanyaan-pertanyaan ini dijawab oleh berbagai agama. Penjelasan agama-agama ini disampaikan dari generasi ke-generasi dalam bentuk mitos. Mitos adalah cerita mengenai dewa-dewa, yang dipergunakan untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan mendasar ‘mengapa dunia ini berjalan seperti adanya’.

Sekitar 600 tahun sebelum kristus lahir. Datanglah seorang filosof yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban tersebut dikemas dalam penjelasan alamiah, tidak brnbentuk mitos. Lebih tepatnya para filosof tersebut disebut filosof alam (pra Sokrates), karena mereka terfokus pada alam.

1.      Thales

Thales adalah seorang filosof yang berasal dari miletus, sebuah koloni yunani di asia kecil. Dia berkelana ke berbagai negri. Salah satunya adalah mesir, dimana dia diceritakan pernah menghitung tinggi pyramid dengan cara mengukur bayangannya pada saat yang tepat, ketika panjang bayangannya sendiri sama dengan tinggi badannya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan terjadinya gerhana matahari secara tepat, pada 585 SM.

Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Dia percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan akan lembali keair. Dia beranggapan seperti itu mungkin, karena selama perjalanannya dimesir, dia pasti telah mengamati tanaman yang mulai tumbuh di daratan delta sungai Nil setelah surut dari banjir. Barangkali dia juga sempat mengamati, bahwa katak dan cacing muncul dari tanah yang lembab (tanah berair).



2.      Anaximander

Anaximander adalah filosof kedua setelah thales yang berasal dari miletus juga. Dia hidup kira-kira sama dengan masa hidup thales. Dia adalah salah satu murit thales. dia beranggapan bahwa dunia kita hanyalah salah satu dari banyak dunia yang muncul dan sirna didalam sesuatu yang disebutnya sebagai ‘yang tak terbatas’. Tidak begitu mudah untuk menjelaskan apa yang dimaksudnya tersebut, tapi tampaknya jelas bahwa dia tidak sedang memikirkan tentang suatu zat yang dikenal sebagaimana yang dibayangkan Thales. Barangkali yang dimaksudnya adalah bahwa zat yang menjadi sumber segala sesuatu, pastilah berbeda dengan sesuatu yang dihasilkannya tersebut, karena semua benda ciptaan itu terbatas, maka sesuatu yang muncul sebelum dan sesudah benda-benda tersebut pastilah ‘tidak terbatas’. Jelas bahwa zat dasar itu tidak mungkin sesuatu yang sangat biasa seperti air ataupun yang dapat kita lihat.



3.      Anaximenes

Anaximenes adalah filosof dari meletus yang masa hidupnya kira-kira 570-526 SM. Dia adalah murit dari Anaximander. Teorinya tentang alam adalah bahwa sumber dari segala sesuatu pastilah “udara” atau “uap”. Anaximenes tentunya mengenal teorinya Thales menyangkut air. Akan tetapi dia menyangkal pendapatnya Thales, ‘dari manakah asalnya air tersebut’. Anaximenes beranggapan bahwa air adalah udara yang dipadatkan . kita mengetahui bahwa ketika hujan turun, air diperas dari udara. Jika air diperas lebih keras lagi, ia akan menjadi tanah, pikirnya. Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir  terperas dari es yang meleleh. Di a juga beranggapan bahwa api adalah udara yang dijernihkan. Oleh karenanya air, tanah dan api tercipta dari udara­­­­­.



4.      Parmenides

Sejak sekitar 500 SM, ada sekelompok filosof dikoloni Yunani Elea di Italya selatan. “orang-orang Elea” ini tertarik pada masalah ini.

 Yang paling penting diantara filosof ini adalah Parmenides (kira-kira 540-480 SM). Parmenides beranggapsn bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada. Gagasan ini tidak asing bagi rakyat Yunani. Mereka menganggap sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini abadi. Tidak ada sesuatu yang dapat muncul dari ketiadaan, dan tidak ada sesuatu yang menjadi tiada, piker Parmenides.

Namun Parmenides membawa gagasan itu lebih jauh lagi. Dia beranggapan bahwa tidak ada yang disebut perubahan actual, tidak ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Parmenides sadar bahwa indranya melihat dunia ini selalu berubah, tapi dia lebih memilih akal daripada indranya. Dia yakin bahwa indra-indra manusia memberikan gambaran yang tidak tepat tentang dunia, suatu gambaran yang tidak sama deengan gambaran akal manusia. Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada akal manusia disebut rasionalisme. Rasionalisme adalah seseorang yang percaya bahwa akal manusia merupakan sumber utama pengetahuan tentang dunia.

Dalam masalah ini Parmenides mengemukakan dua pandangan.

a.       Bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah.

b.      Bahwa persepsi indra kita tidak dapat dipercaya.



5.      Heraclitus

Rekan sezaman Parmenides adalah Heraclitus yang hidup kira-kira 540-480 SM. Dia berasal dari Ephesus di Asia kecil. Dia beranggapan bahwa perubahan terus menerus adalah cirri alam yang palin mendasar. Dapat dikatakan, bahwa Heraclitus mempunyai keyakinan yang lebih besar pada apa yang dilihatnya dari pada yang dirasakannya.

“segala sesuatu terus mengalir”, kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalamiperubahan terus-menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap, karena itu kita ‘tidak dapat melompat di sungai yang sama’.

Heraclitus mengemukakan bahwa dunia itu dicirikan dengan adanya kebalkan. Jika, kita tidak pernah sakit, maka kita tidak akan pernah tahu seperti apa sehat itu, jia kita tidak pernah lapar kita tidak akan tahu bagaimana rasanya kenyang, jika kita tidak pernah miskin, kita tidak akan pernah tahu bagaimana kaya itu, dan lain sebagainya.

Sebagaimana Parmenides Heraclitus mengemukakan dua pandangan tentang ala mini.

a.       Bahwa segala sesuatu berubah.

b.      Bahwa persepsi indra kita dapat dipercaya.



6.      Empedocles

Mungkin, kedua filosof diatas saling bertentangan, akan tetapi disini, Empedocles akan menengahi kedua pendapat yang saling bertentangan tersebut.

Empedocles adalah filosof dari Sicilia. Dia hidup kira-kira 490-430 SM. Empedocleslah yang menuntun kedua filosof tersebut -Parmenides dan Heraclitus- keluar dari kekacauan yang telah mereka masuki itu.Dia menganggap bahwa mereka benar dalam satu sisi, dan salah dalam sisi yang lain.

Air jelas tidak dapat berubah menjadi kupu-kupu atau yang lain. Air murni akan selalu memjadi air. Maka, Parmenides benar dengan keyakinannya, bahwa ‘tidak ada sesuatu yang berubah’.

Namun, pada saat yang sama dia membenarkan pendapatnya Heraclirus, bahwa kita harus mempercayai apa yang ditangkap indra kita. Bahwa, ‘alam ini berubah’.

Empedocles menyimpulkan, bahwa gagasan mengenai zat dasar itulah yang harus ditolak, baik air atau udara semata-mata tidak dapat berubah menjadi kupu-kupu ataupun serumpun bunga mawar yang begitu cantik dan indah. Sumber alam tidak mungkin hanya satu unsure saja.

Empedocles yakin bahwa alam ini terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara. Semua proses alam terjadi karena bergabung atau terpisahnya empat unsur tersebut.
Diposkan oleh Nurlela Aja di 01.00

Filsafat Politik

Filsafat Politik

Filsafat sering tampil secara konkrit dalam bentuk pembagian suatu bangsa dalam beberapa kelompok. Yang terkenal dimasa lalu, Setelah perang dunia II, adalah kedalam kelompok penganut kapitalisme/liberalisme dan sosialisme/komunisme. Sebagian orang dalam lingkungan kebangsaan Indonesia berpendapat, bahwa kelahiran bangsa ini didukung oleh Pancasila yang ditafsirkan sebagai berdiri diantara kedua ideologi besar itu. Ada yang berpendapat bahwa Pancasila itu adalah pikiran orisinal bukan sebagai sintesis ataupun bersikap anti terhadap kedua pikiran itu.
Kemudian terdapat pula rangkaian konsep yang memilki hubungan dan arti tertentu, ialah idea-ideologi-politik. Idea adalah gagasan tentang apa saja yang memuat landasan berpikir dan wujud pikirannya utuh dan menyeluruh, termasuk potensi baik buruknya. Ideologi merupakan arah pandangan hidup yang menampilkan sisi positifnya. Politik merupakan (arah) tindakan yang harus dilakukan bangsa untuk membangun kesejahteraan lahir batin seluruh bangsa itu. Namun ada kecenderungan untuk mengartikan politik berhenti pada perebutan kekuasaan, dan tidak mengutuhkannya denan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara.

Sumber: Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Filosofi Perjuangan

Filosofi Perjuangan

Hidup itu berlangsung di dalam suatu proses yang terus-menerus. terus-menerus bekerja, berjuang dan menjadi, bahkan dari evolusi diketahui bahwa sebelum kehidupan ada di semesta, proses bekerja, berjuang dan menjadi terus terjadi. Terjadi perubahan dan pembentukan struktur tanah, bebatuan, dan bahkan bumi pun memperbaharui dirinya dalam bentuk-bentuk tertentu, seperti pergeseran lempengan bumi kemudian muncul dalam bentuk gejala alam, seperti tsunami, gunung meletus, munculnya benua baru dan hilangnya atau penurunan daratan, contoh lain yang amat menarik adalah proses siklus hujan.
Setelah evolusi sampai pada tahap kehidupan proses bekerja, berjuang dan menjadi ini makin jelas. Inilah salah satu nilai yang dapat dipetik dari evolusi. Setelah evolusi sampai pada tahap pikiran, maka terjadilah hal yang amat luar biasa. Pikiran sebagai puncak perkembangan evolusi tampak di dalam bagaimana kemampuan manusia itu berfungsi. Pikiran manusia merupakan suatu memiliki kemampuan luar biasa oleh karena didukung oleh beberapa cirinya yang unik.
Secara sederhana, pikiran dapat dikategorikan ke dalam dua aspek dengan ciri dan fungsinya masing-masing. Pertama, pikiran itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa pikiran jenis pertama ini bekerja sebagian besar di bawah ketidaksadaran. Pada wilayah inilah berlangsung kerja pikiran yang masih menyimpan banyak misteri. Contohnya yaitu pengkodean serta perealisasian kode yang tersurat pada gen, kemampuan pikiran yang terus bekerja mengatur seluruh sistem biologis kita, entah pada saat kita terjaga atau pada saat kita sedang tidur, seperti mengatur kerja jantung, memulihkan dan merawat jaringan tubuh kita yang rusak atau kemampuan kognitif kita dalam memperoleh, menyimpan, mentransformasikan dan menggunakan pengetahuan, atau pikiran yang terus bekerja sewaktu kita sedang tertidur atau setengah sadar.
Aspek pikiran kedua adalah pikiran yang memahami akan dirinya sendiri. Kata akal atau akal budi atau biasanya dipakai untuk memahami pikiran. Melalui pikiran jenis kedua ini, manusia bisa menaksir suatu nilai yang muncul di dalam pikiran. Karena itu, ungkapan “berpikirlah sebelum bicara” hendaknya dapat menegaskan dan meminta agar setiap orang menggunakan akal budinya dalam mempertimbangkan, baik buruknya, tepat tidaknya sesuatu sebelum diungkapkan.
Fungsi dari jenis pikiran kedua ini dapat diibaratkan sebagai perilaku, seperti ; mengamati, mengingat, mengenali, memahami, bernalar, megetahui, membedakan, membandingkan, menganalisis, menilai, memutuskan, mengungkapkan, merefleksikan, membaynagkan, mengabstraksikan, memprediksi, keadaran, motivasi, kehendak, emosi, keyakinan, dan sebagainya.

Filsafat Ilmu Sekular

Hati-hati Belajar Filsafat Ilmu Sekular

Di berbagai perguruan tinggi, khususnya di tingkat Pasca Sarjana, para mahasiswa biasanya diajarkan mata kuliah “Filsafat Ilmu”. Sejauh ini, sudah banyak diterbitkan buku tentang Filsafat Ilmu. Sayangnya, kuatnya dominasi sekularisme yang menolak campur tangan agama dalam bidang keilmuan kontemporer turut berpengaruh dalam perumusan konsep Filsafat Ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi saat ini.
Sebagai contoh, sebuah buku yang sangat terkenal berjudul “Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer”, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, cetakan kesembilan), mengutip pendapat Auguste Comte (1798-1857) yang membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan manusia, yaitu religius, metafisik, dan positif.
Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan  di atas dasar postulat metafisik tersebut. Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif  dalam proses verifikasi yang obyektif”.
Karakteristik berpikir “filsafat” dijelaskan dalam buku ini, yaitu:  pertama, menyeluruh; kedua, mendasar; ketiga, spekulatif.  Tentang bidang telaah filsafat, ditulis dalam buku ini: “Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, dia pun mulai merambah pertanyaan lain”.
Ada lagi sebuah buku berjudul “Filafat Ilmu”  yang disusun Tim Dosen Filsafat Ilmu sebuah Universitas terkenal di Yogyakarta (1996, cetakan pertama). Ditulis dalam pendahuluan buku ini: “Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan agama. Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetika, dan agama. Para filsuf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. (Yogyakarta: Liberty, 1996).

Filsafat Nilai Dalam Pendidikan

Filsafat Nilai Dalam Pendidikan

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai dalam filsafat pendidikan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a.       Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta. Plato mengemukakan bahwa kehidupan yang baik hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang baik dan ideal yang diperintah oleh “the Philopher Kings, yaitu kaum intelektual, para ilmuwan atau cendekiawan (Kneller, 1971:33). Dia juga mengemukakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagai hidup baik, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut akan berbuat salah. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana hal itu dapat dilakukan jika manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik (Sadulloh, 2007:99).
b.      Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Realisme
Penganut aliran realisme sependapat dengan penganut idealis bahwa nilai yang mendasar adalah pada dasarnya permanen, tapi mereka berbeda diantara mereka sendiri dan alasan mereka. Realis klasik penedapat dengan Aristoteles bahwa ada undang-undang moral universal, tersedia untuk berbagai alasan dan mengikat pada seluruh rasional manusia. Realistsepakat bahwa guru harus menjadi bagian dalam merumuskan nilai-nilai tertentu. Moral dasar dan standar keindahan yang diajarkan pada siswa yang tidak berdampak pada isu terkini. Anak-anak harus memahami secara jelas mengenai sifat dasar kebenaran dan salah, memberikan perhatian pada tujuan yang baik dan indah berdasarkan pada perubahan moral dan keindahan mode.
c.       Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Menurut aliran Pragmatis, nilai adalah relatif. Etika dan moral tidaklah permanen tapi selalu berubah seperti halnya budaya dan perubahan masyarakat. Hal ini bukanlah untuk mengklaim bahwa nilai moral harus berfluktuasi dari waktu ke waktu.
d.      Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan di antara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selelsai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu tujuan. Seseorang harus berkemampuan untuk menciptakan tujuannya sendiri. Apabila seseorang mengambil tujuan kelompok atau masyarakat, maka ia harus menjadikan tujuan-tujuan tersebut sebagai miliknya, sebagai tujuannya sendiri, yang harus ia capai dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh dalam situasi.

Filsafat Agama

Filsafat agama membicarakan, mengeksplorasi landasan, pemikiran keagamaan dan persoalan-persoalannya. Filsafat agama jelas tidak sama dengan teologi, melainkan berada dibelakangnya. Memang tidak selalu jelas perbedaan kedua hal itu. Meskipun pada prinsipnya agama berbeda dari filsafat agama, namun pada kenyataannya, banyak ahli agama yang juga ahli di bidang filsafat agama.
Salah satu masalah dalam filsafat agama adalah pembicaraan tentan Tuhan. Dalam hal ini Tuhan sering diidentikan ebagai tiga maha, ialah maha kuasa (omnipotent), maha kasih (omnibenevolent), dan maha tahu (omniscient).
Agama sering dikaitkan dengan moralitas, sehingga orang yang bertindak amoral sering dianggap sebagai amoral (bukan immoral). Hal ini dapat dimengerti karena pada titik terbesar, agama mengajarkan bagaimana berperilaku baik. Sedangkan fislafat agama lebih banyak berbicara mengenai landasan moralitas daripada moralitas itu sendiri.

Sumber: Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Metode Pengenalan Wilayah Sumber Filsafat

Metode Pengenalan Wilayah Sumber Filsafat
Metode ini mempelajari filsafat berdasarkan masalah dan perkembangannya di wilayah-wilayah yang dikenal sebagai sumber filsafat, misalnya Yunani (dengan tokoh pertamanya Thales) yang secara umum membicarakan tentang alam atau kosmos serta khususnya menyangkut hubungan subjek dan objek; india (yang tokoh pertamanya Wedda) yang membicarakan alam dan khususnya hubungan makhluk dengan tuhannya; Asia Tenggara, yang terutama membicarakan tantang keseimbangan hidup dalam mengabdi kepada Tuhan; srta Cina (dengan tokoh pertamanya Kong Hu Tzu) dan juga jepang yang banyak diwarnai oleh masalah-masalah hubungan sosial.
Sering terjadi kelemahan atau kesalahan dalam mempelajari filsfat dengan cara ini, ialah membanding-bandingkan filsafat di suatu daerah dengan daerah lainnya, untuk kemudian membuat evaluasi, mana yang lebih tinggi dari yang lainnya. Cara mempelajari filsafat dengan metode ini akan berhadapan dengan perbedaan horizontal, ialah yang ini bukan ynag itu; bukan perbdaan vertikal, ialah yang ini lebih tinggi dari yang itu.
Dalam hal mempelajari filsafat ini, kita bisa memilih mana yang lebih dahulu atau salah satu dari hal itu, meskipun penguasaan yang sebenarnya seharusnya meliputi seluruh jenis filsafat. Yang paling banyak dianut orang adalah dimulai dari Sistematika Filsafat atau filsafat sistematis, kemudian sejarah filsafat. Mengapa cara ini dipilih adalah karena pada umunya prang telah terbiasa dengan belajar ilmu pengetahuan konvesional; yang dimulai dengan pengenalan mengenai apa yang akan dipelajarinya, baru kemudian masalah, dan yang lain-lainnya. Misalnya mempelajari sejarah, geografi, atau batu-batuan, dimulai dengan apa yang disebut ilmu sejarah, ilmu bumi, dan ilmu batu-batuan; misalnya dalam bentuk pertanyaan mengenai pngertian dan definisnya. Baru selanjutnya memperbandingkan hal itu disuatu tempat dengan tempat lainnya, disuatu masa dengan masa lainnya.

Sumber: Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Metode Historis

Metode Historis



Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan dan penulisan sejarah. Dalam pencatatan sejarah ini terdapat periodesasi perkembangan pemikiran, mengenai berbagai masalah, yang bisa saja berbeda untuk setiap ahli, karena mereka memiliki bahan pertimbangan dan asumsinya sendiri-sendiri.
Terdapat pemahaman yang tidak sebenarnya tentang sejarah, ialah melihat sejarah sebagai kumpulan data tentang kejadian-kejadian tertentu pada waktu-waktu tertentu. Dengan pemikiran yang salah ini maka sejarah sering dinilai sebagai ilmu pengetahuan yang susah, berat, menguras daya ingat. Sebenarnya tidak demikian: memang dimulai dengan meyakini waktu, tempat, dan kejadian sebagai usaha pertama, tetapi dicari faktor korelasi dan penyebabnya, wujud dan maknanya, serta apa dampaknya terhadap kejadian lain di masa depan. Jadi meskipun berdasarkan pada masa lalu yang membutuhkan ingatan, sejarah juga memuat kaitan-kaitan logis dan mencari makna, selain arti, dan kemungkinannya untuk bisa menerangkan apa yang terjadi di masa depan: meramalkan masa depan dengan melihat kejadian di masa lalu.
Selain itu juga perlu diketahui, bahwa karena bahan yang dibicarakan adalah hakikat sesuatu, yang dibangun dari kemampuan nalar para filosof sendiri-sendiri, maka menjadi wajar kalau ada suatu pemikiran di beberapaabad yang lalu yang saat ini masih ada pengikutnya atau bangkit kembali sebagi filsafat lama dengan “nafas baru”.

Sumber: Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Metode Sistematis

Metode Sistematis
Metode sistematis adalah cara mempelajari objek material filsafat, ialah mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Yang dimaksud sistematis disini adalah adanya susunan dan urutan (hierarki) dan juga hubungan menyangkut materi atau masalah yang terdapat dalam filsafat. Apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahan itu dan kemudian bagaimana susunan dan atau hubungan satu masalah dengan masalah lain terjadi, merupakan bahasan dalam metode ini. Setiap ahli dibidang ini dapat saja mengajukan pendapatnya sendiri-sendiri mengenai materi atau masalah apa saja yang dibicarakan filsafat. Langeveld (1959) mengajukan tiga masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis-jenis filsafat, yang disebut problematika filsafat. Ketiganya adalah (a) masalah mengenal dan mengetahui atau cognitio, (b) masalah segala sesuatu atau metafisika, ialah tentang hal ada (metafisika umum, ontologi) dan yang ada (metafisika khusus), dan (c) masalah penilaiandan nilai atau aksiologi.
Bisa jadi dalam pembicaraan sistematis ini terjadi perbandingan pengertian dan masalah tertentu, misalnya masalah logika, antara seorang pemikir dengan pemikir lainnya. Bahkan perbandingan itu bisa antarwaktu, seperti metafisika di masa Yunani Kuno dengan Abad Pertengahan dan pendapat Gabriel Marcel di zaman Modern.
Sebagai bahan perbandingan di masa Yunani Kuno, sudah ada sistematika filsafat ini, yang terkenal di antaranya sistematika dari Aristoteles. Sistematika dianggap sebagai sistematika pertama dalam filsafat, meskipun sebelumnya, guru Aristoteles, Plato, telah mengemukakan tiga cabang filsafat, ialah (1) dialektika yang mempersoalkan gagasan atau pengertian umum, (2) fisika yang mempersoalkan dunia materi, dan (3) etika yang mempersoalkan haikikat baik dan jahat. Adapaun pembagian atau klasifikasi filsafat menurut Aristoteles, adalah (1) logika yang dianggap sebagai pendahuluan filsafat; (2) filsafat teoretis membicarakan fisika, matematika, dan metafisika.

Sumber: Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Nilai-nilai Sosial

Fenomena nilai-nilai sosial dikalangan masyarakat bisa dibilang krisis, ada yang berpendapat bahwa ada beberapa nilai-nilai sosial yang telah hilang. Dilihat secara garis besar memang terlihat hilang, namun sebenarnya nilai-nilai tersebut belum hilang. Atau kata hilang tersebut bisa diganti dengan kata memudar. Sebab sebenarnya masih ada orang-orang yang peduli atau tetap mempertahankan setiap nilai-nilai sosial yang ada. Namun mereka memiliki keterbatasan untuk berusaha mengsosialisasikan kembali nilai-nilai tersebut untuk bisa diamalkan oleh setiap orang. Di sini peran pemerintah sangatlah berpengaruh, namun pemerintah pun sepertinya banyak juga yang melupakan fungsinya sebagai pejabat negara. Pemerintah pun kadang melupakan peran didalam suatu negara. Banyak dari mereka yang menganggap dirinya sebagai penguasa bukan sebagai pemimpin. Hal itu menambah sulit usaha-usaha segelintir orang yang ingin mempertahankan nilai-nilai sosial.
Jika kita ingin membahas nilai” sosial kita harus mengerti apa makna serta fungsi dari PANCASILA yang merupakan ideologi mengara ini. Kepribadian Negara Indonesia tercermin dari bagaimana kepribadian masyarakatnya. Jika dibandingkan kepribadian Indonesia dahulu dengan Indonesia saat ini sangatlah berbeda. Bisa dilihat bahwa kepribadian Indonesia terangkum didalam ideologi Negara berupa PANCASILA. Saat ini banyak nilai-nilai sosial yang memudar seperti nilai gotong –royong,nilai keadilan,nilai hukum,nilai kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara,nilai kebudayaan yang dikalahkan oleh era globalisasi,dll. Indonesia memang telah merdeka, berhasil mengalahkan para penjajah. Namun sebenarnya Indonesia memiliki lawan yang lebih sulit di masa ini, yaitu Indonesia harus melawan rakyatnya sendiri. Karena penyebab utama hilangnya nilai sosial adalah manusianya. Jika manusianya bisa merawat, menjaga, mengamalkan serta dengan tegas menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma sosial yang telah tergambar di Pancasila, bisa dipastikan rakyat Indonesia bisa mengatasi segala macam problematika kehidupan berbangsa dan bernegara.

Teori Kebenaran Menurut Filsafat

Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.
Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.

Hubungan Epistemologi, Metode dan Metodologi.

Hubungan antara Epistemologi, Metode dan Metodologi.


Pada pembahasan epistemologi sering muncul kata metode yang digunakan dalam mencari kebenaran. Kesalahan mendefinisikan epistemologi hanya terbatas pada cara atau upaya yang dilakukan dalam mencari hakikat kebenaran membuat makan dari kajian filsafat epistemologi tergeser. Peter R. Senn, Guru besar dari Wright College, menekankan bahwa prosedur merupakan sebuah cara untuk mencari tahu secara sistematis dan prosedur sedangkan metodologi merupakan sebuah pengkajian yang mendalam tentang prosedur-prosedur yang ada pada metode tersebut. Kata logos dari metodologi merepresentasikan ilmu yang membahas tentang metoda. Metodologi merupakan sebuah disiplin yang mengkaji metode secara konseptual mengenai permasalahan yang didapatkan pada saat melakasanakan prosedur-prosedur. Sebagai cabang ilmu yang mempelajari metode, Metodologi merupakan kajian teoritik tentang berbagai metode. Kajian teoritik ini selanjutnya membahas mengenai kelebihan dan kelemahan dalam karya ilmiah. Penemuan metodologi baru dan juga menjadikan kajian dari sistem dalam teknis-teknik penerapan metode dalam mencari ilmu pengetahuan. Kaitan antara metode dalam penelitian pada ilmu methodologi selanjutnya akan membahas tentang dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian. Beberapa peneliti pemula menyusun sebuah paradigma penelitian secara terbatas yakni pendekatan kuantitatif atau kualitatif. Penjelasan metode salah diartikan dengan jenis data yang muncul sehingga kuantitatif cenderung memunculkan angka sedangkan kualitatif memunculkan data kualitatif, sehingga akhirnya muncul pendekatan penelitian mix metode yang banyak salah diartikan oleh peneliti, dosen-dosen pembimbing dalam penelitian mahasiswa terutama di Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tidak mengkaji secara hakiki mengenai bidang yang mereka jelaskan. Perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sangat berbeda dan tidak saling berpotongan didaerah manapun pada kajian kedua pendekatan tersebut. Paradigma yang seharusnya dibangun dalam penelitian kuantitatif adalah pendekatan positivisme sehingga gejala yang diamati adalah gejala sebab akibat, data yang muncul boleh dianalisis secara statistik, Inferensial maupun statistic deskriptif, ataupun dengan cara deskriptif murni. Ketidakmunculan angka bukanlah sebuah tanda penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kualitatif dalam penelitian menggunakan pendekatan naturalisme atau fenomenologis dengan kata lain postpositivism. Pendekatan ini lebih digunakan untuk mengetahui ciri-ciri dari suatu fenomena sebab yang muncul secara menyeluruh dan tidak membatasi pada kemungkinan yang mengeneralkan penyebab yang ada dengan fenomena yang sedang terjadi. Pada proses mendefinisikan sesuatu seseorang harus bergerak dari fakta yang benar dan secara holistik mencakup keseluruhan batasan yang ada. Sangat jelas bahwa keterbatasan dari metode dan metodologi merupakan kajian dari wilayah Epistemologi itu sendiri
Sumber: http://www.ahmaddahlan.net/2015/10/hakikat-dan-pengertian-epistemologi-dan-Epistimologi-filsafat-ilmu.html

Pengertian Eksistensialisme

Apa itu Eksistensialisme?
 
            Definisi eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis sendiri tidak sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun demikian, ada sesuatu yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat eksistensialisme sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral Namun tidak ada salahnya, untuk memberikan sedikit gambaran tentang eksistensialisme ini, berikut akan dipaparkan pengertiannya.
            Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
            Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian, manusia selalu dalam keadaan membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
            Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.