Sabtu, 17 Desember 2016

Sains dan Spiritualis


Michel foucault, pada tahun 1982 diseminar yang diselenggarakan di College  de France, mengeksplorasi konsep spiritualitas dalam gagasan kuno dengan berakar pada filsafat pra-kristen –apa yang orang yunani sebut epimeleia heautou sangat kasiar dan mentah, setelah melihat diri sendiri. Socrates  ( dalam pembelaannya) menunjuk para penuduhnya orang athena menjadi sangat prihatin dengan hal-hal seperti kekayaan dan reputasi, tetapi tidak meiliki kekhawatiran dari peningkatan jiwa mereka. Tidak hanya  ” mengetahui diri sendiri atau tahu diri) ( semboyan delphi, seperti yang kita tahu, socrates sangat tertarik) tetapi, sebagai bagian tak terpisahkan dari pengetahuan diri tersebut, mengurus diri sendiri, menjaga diri sendiri, memberi perhatian kepada apa yang paling berharga dan bagian penting bagi diri sendiri.
Ide dari mengamati diri, walaupun hal itu jelas tidak membuang bidang dari rohani, tampak untuk  mengambil bagian penting dari apa yang kebanyakan orang mengerti dengan itu. Ini sebuah ide pendidikan  modern yang tidak cenderung tidak terhubung dengan socrates: kebanyakan dari kita lebih suka untuk melihatnya sebagai sebuah tokoh rasionalis, dan menafsirkan exetastos bios (kehidupan tidak teruji), “ memilih kehidupan “ yang dia rekomendasikan, sebagai masalah utama dari pertanyaan logika analistis. Tapi dalam faktanya itu sulit untuk membaca apa yang dikatakan oleh socrates tentang suara hati, tentang pencarian kemurnian hati nurani dan integritas, tanpa melihat “pilihan” ia menganjurkan memang memiliki dimensi rohani yang diidentifikasi oleh Foucault. Foucault melanjutkan untuk memperlihatkan bagaimana anggapan dari memilih diri dan mengamati diri terngiang – ngiang diseluruh pikiran Hellenistik berikutnya, kaum epicurean “ penggemar kenikmatan duniawi “ konsep dari filsafat, dan gagasan stoic pemeliharaan jiwa. Kemudian, tentu saja, gagasan menjadi landasan bagi banyak pendeta kristen.
            Gagasan tentang “ pemeiliharan jiwa ” tidak diragukan lagi memiliki implikais kognitif : augustinian yang terkenal dengan  “ perubahan batin “ ,  misalnya, adalah sebagian pencarian untuk pemahaman yang lebih memadai alam sendiri, dan seperti perintah Delphi yang mendahuluinya, dan program Cartesian yang berhasil, ini dapat dikenal bagian dari usaha filsafat yang memperluas pengetahuan dan pemahaman. Tetapi dalam banyak perwujudan juga penting, masalah praktek – teknik meditasi, teknik untuk menguji hati nurani, dan begitu. Dan seperti rutinitas fisik yang dianut oleh penyuka gym dan latihan, latihan tersebut bertujuan menghasilkan perubahan yang signifikan dalam suatu hal.
            Alur ini dalam pengetrian spiritual – stres pada disiplin dan latihan, tujuan perubahan dari dalam -  tampaknya membawa kita kepada jaman dulu dari usaha filsafat modern, setidaknya sebagai biasanya dikandung oleh mayorirtas praktisi akademik didunia anglophone. Judul buku terbatu oleh Michael Mcghee,  perubahan pikiran: filsafat sebagai latihan spiritual, teguran yang mengejutkan perasaan justru karena kebanyakan dari kita tidak berfikir filsafat sebagai cara untuk mengubah kehidupan kita, kecuali dalam arti sesungguhnya tujuan akademi ataupun profesionalitas yang memungkinkan kita untuk mencari nafkah, kemajuan dalam karir, dan sebagainya. Atau mungkin itu sedikit tidak adil:  mungkin kami mengharapkan diganti oleh sebjek kita dalam arti bahwa ia dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dari pandangan konseptual, sifat pengetahuan, jenis pembenaran yang dapat ditawarkan untuk tindakan kita, hubungan antara mental dan domain fisik, dan sebagainya. Meningkatkan pengertian bisa sangat luas dan, seperti perbaikan ini tentu akan melibatkan perubahan. Tapi jenis perubahan yang terlibat, jika aku dapat memasukannya dengan cara ini, sifat dasarnya ilmiah : kita memperbesar daerah pengetahuan kita.Apa tidak, atau hanya sangat jarang, jika dipertimbangkan sebagai bagian  dari buah filosofi bahwa perubahan didalam yang lebih radikal – metanoia adalah istilah yunani -  perubahan yang mendengarkan perubahan jenis yang mengarah keperubahan yang mendasar dalam aliran dan arah hidup seseorang. 
             Namun, perubahan semacam ini lebih radikal tujuannya dari sistem filsafat sebelumnya yang menempatkan bayaran pada “ peeliharaan jiwa”. Foukaul’, dalam seminar hanya menyebut, mendefinisikan “  spiritualitas” sebagai “ bagian penyelidikan, praktek dan latihan ( termasuk penyucian diri, teknik bertapa, penyangkalan diri, Dll) yang bukan merupakan dalam hal pengetahuan, tetapi menjadi sangat subjektif, dan harga yang harus dibayar untuk mendapatkan akses kebenaran.”  ini berarti bahwa kebenaran tidak pernah hanya diberikan kepada sebuah subjek sebagai dia atau dia, tetapi memerlukan beberapa moifikasi dalam penerimaan kami ( konfersi, perubahan subjektif). Dan dengan cara yang sama, terutama dalam perkembangan gagasan keagamaan ini, ada ide timbal balik “jawaban”, seolah – olah dari sisi lain: “disini, dalam kebenaran dan akses itu, sesuatu yang memenuhi subjek dan lengkap, atau mengubah, yang sangat subjektif.
            Jika model seperti itu terlihat asing bagi kita sekarang, ini sangat mungkin berhubungan dengan munculnya modernitas. Ketika Descrates mengumumkan “ metode” pada tahun 1637 ” metode untuk melakukan  pemikiran yang benar dan mencapai suatu kebenaran dalam ilmu “, ia diresmikan sebuah fase baru dalam hubungan manusia dengan dunia – satu dimana rasa percaya diri agresif adalah semakin untuk menggantikan penyerahan kontemplasi dari usia dini. Munculnya “ saat ini Cartesian,” sebagai Foukaul panggilan itu, menyatakan bahwa subjek mampu, dalam dirinya sendiri, dan hanya dengan berlatih sesuai kereampilan kognitif, membedakan kebenaran dan mendapatkan akses kesana.  Ini tidak berarti bahwa kebenaran bukan selalu sederhana dan mudah ( apakah Descrates benar – benar selalu percaya, tapi ilmuan modern tahu benar) ; tetapi itu berati bahwa   mencari kebenaran menjadi masalah dalam menerapkan prosedur tujuan tertentu ( yang kini kita sebut metode ilmiah), bukan tergantung apda program perubahan internal. Foucault mengatakan :
“Jika kita mendefinisikan spiritual sebagai bentuk dari praktek mereka yang mengisyaratkan sebuah subjek, karena ia, tidak mampu mencapai kebenaran, tapi itu yang sebenarnya, seperti itu, mampu mengubah dan menyimpan subjek, ketika kita harus berkata itu jaman modern, jaman itu terhubung dengan subjek untuk sebuah kebenaran, dimulai segera setelah kami membuktikan alternatif sebuah sebjek, karena ia, memang mampu mencaai kebenaran, tetapi bahwa kebenaran, seperti itu, tidak mampu menyimpan subjek.”
Ada penjelasan analisis dari Foucault satu bisa berselisih dengan, tetapi dalam garis besar catatan permulaan modernitas tampaknya untuk saya persuasif. Tampaknya jika dia benar tentangperubahan dari spiritualitas ke ilmu pengetahuan, dugaan yang masuk akal bahwa perubahan menyajikan itu sendiri. Asalkan manusia dihadapkan dengan alam semesta yang berpotensi menghancurkan operasi ia tidak bisa berharap untuk memahami atau mengkontrol, inilah yang terbaik yang bisa mengarahkannya untuk mengubah reaksi alami kecemasan tak berdaya menjadi salah satu dari kedamaian dan penerimaan; dan jalan dari praktek spiritual ditawarkan harapan’keselamatan’ melalui bagian dalam disiplin kontemplasi dan kedamaian.
          Munculnya ilmu pegetahuan modern yang membuka kemungkinan dari pembuatan diri kita sendiri ‘penguasa dan pemilik alam’ (Maitres et possesseurs de la nature) dalam Descartes terkenal frase: dari pada tidak memiliki penolong tetapi untuk memodifikasi respon subjektif kita terhadap dunia kita sekarang dapat memulai untuk memahami kerja yang nyata, dan dalam pemahaman mereka, mengatur tentang memanfaatkan atau mengubahnya untuk keuntungan kita. Ilmu membuatnya kuno sebuah tujuan sebelumnya dari keselamatan rohani, bermula untuk tempat yang nyata dan solusi praktis untuk masalah kemanusiaan dengan tangan kita sendiri. Perubahan ditangkap secara sempurna didalam  bagian hanya menyinggung otobiografi intelektual dari Descrates, sebuah teks yang tepan dilihat sebagai pernyataan dari moderen.
       penemuan saya dalam fisika] membuka mata saya untuk memungkinkan memperoleh pengetahuan yang akan sangat berguna dalam kehidupan… melalui ini kita dapat mengetahui kekuatan dan kekuatan dari api, air, udara, bintang-bintang, langit dan semua bagian lainnya dilingkungan kita jelas tahu berbagai kerajinan dari pengerajin kita; dan kita bisa menggunakan pengetahuan ini untuk semua keperluan yang sangat tepat dan dengan demikian membuat diri kita seperti penguasa dan pemilik alam itu… kita mungkin membebaskan diri dari penyakit yang tak terhitung, baik tubuh dan pikiran, dan mungkin bahkan dari kesakitan usia tua, jika kita memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyebab mereka dan semua obat yang telah disediakan dialam .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar