Senin, 26 Desember 2016

Pendidikan untuk Manusia

Pendidikan Hanya untuk Manusia



Pendidikan berlangsung seumur hidup dimulai dari sejak manusia lahir sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seutuhnya. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang ‘tidak boleh’ tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik.

               Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan hewan yang harus dididik dan harus mendapat pendidikan. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan, ialah manusia harus dididik dan harus mendapat pendidikan.

A.       Manusia dan Hewan
Manusia dan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur fisik dan perilakunya. Secara fisik, manusai dengan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh yang secara prinsipil tidak memiliki perbedaan. Perilaku hewan seluruhnys didasarkan atas insting (insting lapar, insting seks, insting mempertahankan diri). Begitu pula pada manusia yang meiliki perilaku yang didasarkan atas insting, sedangkan manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki kesadaran indera, dimana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena dilengkapi alat indera.

Manusia memiliki kata hati nurani yaitu kemampuan manusia untuk membedakan antara nilai yang baik dan nilai yang buruk. Kemampuan inilah yang menyebabkan bahwa manusia dapat dididik. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Namun tidak semua perilaku dapat tersentuh oleh pendidikan. Dalam hal ini Prof. Khonstam (sikun Pribadi 2014) mengemukakan beberapa lapisan perilaku dari makhluk yang hidup di jagat raya ini.
a.      Perilaku anorganis yaitu suatu gerakan yang terjadi pada benda-benda mati, tidak bernyawa
b.      Perilaku nabati yaitu perilaku yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan.
c.        Perilaku hewani yaitu perilaku yang lebih tinggi derajatnya dari perilaku nabati
d.      Perilaku insani merupakan perilaku yang hanya dimiliki oleh manusia yang memiliki kemauan untuk menguasai hawa nafsunya, memiliki kesadaran diri dan membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama.
e.       Perilaku mutlak, perilaku ini hanya ada pada diri manusia karena manusia dapat menghayati pada saat berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta alam semesta.


Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Pendidikan mengenalkan manusia pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, melalui pendidikan manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak berubah.
Dalam uraian diatas, bahwa hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusialah yang dapat dididik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan, karena manusia dilengkapi dengan akal budi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar