Senin, 26 Desember 2016

Umat islam berfilsafat

UMAT ISLAM MEMPELAJARI FILSAFAT ?


Dunia filsafat telah lama hilang dari kaum Muslimin, kecuali di kalangan Syi’ah. Kini, umat Islam perlu menghidupkan kembali tradisi filsafat. Persoalan-persoalan duni terlampau sederhana jika hanya dihadapi secara praktis minus pikiran besar. Adakah kaum Muslimin siap dan dari mana mulai belajar filsafat?. Bagi pemeluk agama Islam, kadang ada keraguan untuk mempelajari filsafat, seolah-olah, kalau sudah mempelajari filsafat, maka aspek keimanan akan semakin berkurang. Bahkan konon ada mahasiswa yang setelah belajar filsafat malah tidak mau lagi shalat. Padahl banyak mahasiswa yang tidak shalat bukan karena mendalami filsafat. Kalaupun ada fenomena seperti mahasiswa tadi, frekwensinya relatif kecil. Ibarat belajar renang, mendalami filsafat butuh pembiasaan dan waktu yang relatif lama. Bila sudah mahir maka tidak ada lagi persoalan. Secara akademis, berfilsafat berarti mencoba berfikir secara lebih radikal (mendalam) dalam memahami sesuatu. Dalam tradisi filsafat Barat, masalah ketuhanan pun perlu dikaji secara filosofis. Dalam Islam Mungkin tidak sejauh memahami tentang zat Tuhan, tetapi sekadar eksistensi Tuhan di alam ini. Seperti sabda Nami, tafakaru fi khalqillah wal tafakaru fil khaliq (pikirkanlah semua ciptaan Allah, dan jagan memikirkan tentang zat Allah). Namun tentang keberadaan Allah dikatikan dengan keberadaan alam ini. Selain radikal, mendalami filsafat juga bersifat universal (lintas batas, serba melampaui) dan sistematis. Dan yang menjadi fokus dalam studi filsafat, secara klasik, mengkaji tentang Tuhan, alam, dan manusia. Dalam perkembangan filsafat kontemporer, juga mendalami soal-soal sosial-budaya, bahasa (philosophy of language), ekonomi, politik (political philosophy), hukum, dan lain-lain. Secara metodologis, filsafat mengkaji tentang ontologi ( hakekat sesuatu), epistemologi (cara-cara yang digunakan dalam mengkaji hakekat sesuatu), dan aksiologi (masalah filsafat nilai, tentang baik buruk, atau meliputi wilayah etika). Dalam studi filsafat Islam, paling tidak dikenal tiga aliran; yakni aliran rasional (peripatetik, masyaiyyah); aliran empiris (tajribiyyah); dan aliran intuitif (isyrakiyyah, laduniyyah). Di Barat umumnya hanya dua aliran, empiris dan rasional. Namun para era posmodernisme saat ini, dunia Barat mulai meranbah wilayah intuitif. Akhirnya, perlu dimaklumi bahwa berfilsafat bukanlah segala-galanya. Karena filsafat ada batasnya, dimana rasio sebagai alat filsafat memang amat terbatas. Filsafat bukanlah satu-satunya jalan kebenaran, di hanya salah satu cara untu mencari kebenaran, di samping ada jalan lain yakni jalan empiris dan intuitif. Berfilsafat berarti lebih mendayagunakan otak kiri (berfikir liner, rasional, sistematik), maka perlu diimbangi dengan upaya fungsionalisasi otak kanan (berfikir sirkular, imajinatif, intuitif). Berfikir dan beribadah (menjalankan anjuran-anjuran agama) menikmati seni, karya seni dan sebagainya akan lebih dapat menyeimbangkan kehidupan manusi dalam menjalankan aktivitas kesehariannya di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar