Kamis, 26 Januari 2017

Mewujudkan Smart City di Indonesia


Be Smart Peopple for Be Smart City
Kota yang baik adalah yang mampu menyediakan warganya akan lahan tempat tinggal yang layak serta permukiman yang responsif dan mendorong produktifitas. Pemetaan kota yang di jadikan fokus dalam pemerintahan saat ini adalah dari ingkup wilayah perdesaan dan perumahan sesuai dengan data domisili,            Proses pemetaan dalam hal perumahan dan juga pedesaan harus memikirkan juga tentang kebijakan dan strategi penataan kota,pola dan stuktur kota maupun letak wilayah kota yang dapat mendorong produktifitas dan responsif masyarakat dalam membangun kota yang layak huni dan juga sesuai dengan kontekstual masyarakat mengenai hidup dari anak dan juga cucunya di masadepan.
Proses pemetaan yang sudah sesuai dengan kontekstual yang ada akan menjadikan kota tersebut layak huni dan juga mandiri dimana setiap masyarakatnya akan mencerminkan hal-hal yang sesuai dengan aturan yang ada dan kota mandiri ini juga akan menghasilkan penerus-penerus yang membuat negara maju di masa yang akan datang,untuk menjadikan sebuah Kota yang mandiri kita juga memerlukan sebuah siasat dimana kota ini harus menjadi kota yang berbasis Tehnologi yang baik.
Kota yang berbasis Tehnologi sudah di terapkan di indonesia pada koya-kota besar yang ada contohnya Jakarta dan Bandung. Kota tersebut memiliki tehnologi yang lebih maju dan dapat menjadikan kota yang cukup maju dibanding kota-kota lain yang ada contohnya pengadaan aplikasi QLUE dan CROP dimana hal ini dapat menjadikan masyarakat turun langsung membantu perbaikan kondisi Jakarta yang semakin nyata sedangkan media sosial yang di gunakan oleh pemerintah kota Bandung yang di jadikan sarana pengaduan masyarakatnya sebagai ajang kontribusi langsung masyarakat demi pembangunan kota dan keaadaan sosial di kota tersebut .
Membangun SmartCity di Indonesia merupakan hal yang cukup mudah di beberapa Kota di Indonesia dimana Kota-Kota tersebut juga di jadikan Kota pelajar dan banyak sekali Pelajar-pelajar yang sudah berkontribusi dalam menerapkan Smart City tersebut.Smart city akan terbentuk juga di daerah lain dengan mudah apabila masyarrakan sudan melek akan Tehnologi,Masyarakat dapat mengaadukan banyak hal secara langsung kepada pemerintah melalui media sosial dan juga dapat berinteraksi langsung pada kepala pemerintahnya apa bila di perlukan.
Peran media sosial dalam mewujudkan pembangunan Smart City di indonesia sangatlah berpengaruh,hal ini karena para petinggi pemerintahan juga memiliki media sosial yang membiarkan masyarakat mengadu/ berinteraksi secara langsung kepadanya.Hal tersebut akan mewujudkan tujuan membangun Smart City yang merata pada kota-kota yang berada di indonesia.
Smart City yang menjadikan media sosial sebagai sarana untuk memberikan luang pada masyarakat untuk berkontribusi pada pembangunan kota ini tentu memiliki hal yang akan menjadikan prosesnya terhambat contohnya saja apabila kepala pemerintahannya tidak mendapat informasi yang jelas dan informasi yang simpang siur maka tugas pemerintah harus menindak lanjuti laporan tersebut agar hal yang tak di inginkan dapat di minimalisir, ada lagi hal penghambat dalam mewujudkan Smart City misalnya saja koneksi internet dalam sebuah daerah tidak memadai maka akan menghambat proses kontribusi langsung masyarakat dalam pembangunan.
Smart City akan terwujud dengan baik apabila penduduk atau masyarakatnya juga merupakan Smart Peopple dalam penggunaan media sosial sehingga tidak akan menyalah gunakan media sosial untuk hal yang buruk dan merugikan bagi banyak orang,Smart City dan Smart Peopple merupakan hal yang bersinambungan maka dari itu untuk mewujudkan tujuan menjadikan kota kita sebagai Smart City kita harus menjadi Smart Peopple.


    <center><a href="http://www.gamatechno.com/blogcompetition" target="_blank"><img alt="Blog Writing Competition Gamatechno" src="http://gamatechno.com/images/2016_12_20_-_Banner_Blog_Peserta.png" title="Blog Writing Competition  Gamatechno" /></a></center>
                                           

Minggu, 01 Januari 2017

Guru Dan Filsafat pendidika



Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Bagaimana peranan filsafat pendidikan bagi guru? Apa yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru?
C. Pembahasan

B. Permasalahan
Peranan filsafat pendidikan ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia:
Manusia adalahü makhluk jasmani rohani
Manusia adalah makhluk individual sosialü
ü Manusia adalah makhluk yang bebas
Manusia adalah makhluk menyejarahü
2. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu kesituasi lainnya? Dasn akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat / kepentingan masing-masing guru, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Guru tidak hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
3. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial.
Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang bener-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik?
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan.
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:
1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan mengenai siswa
Akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa siswa yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan.Guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan mengenai pengetahuan
Berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
4. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.

Filosofi lambang atau logo Banten

lambang/logo Banten
  1. Kubah Mesjid, melambangkan kultur masyarakat Banten yang agamis.
  2. Bintang Ilahi, Pengejawantahan Pancaran Semangat Keyakinan yang menyinari seluruh jiwa masyarakat Banten
  3. Menara Mesjid Agung Banten bertingkat dua berwarna putih dengan Memolo berwarna merah, menjulang tinggi ke angkasa, melambangkan masyarakat Banten mempunyai semangat yang tinggi untuk mewujudkan masyarakat madani, serta adanya tujuan mulia yang senantiasa berpedoman pada petunjuk Allah Swt, Menara Mesjid Agung juga melambangkan budaya dan sejarah Banten yang kokoh pada pendirian zaman kesultanan.
  4. Gapura Kaibon berwarna putih, melambangkan Daerah Propinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia dan pintu gerbang perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era globalisasi.
  5. Padi berwarna kuning berjumlah 17 (tujuh belas) dan kapas berwarna putih berjumlah 8 (delapan) tangkai, 4 (empat) kelopak berwarna. coklat, 5 kuntum bunga melambangkan Propinsi Banten merupakan daerah agraris yang cukup sandang, pangan, jumlah padi dan kapas menunjukkan hasil Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus1945.
  6. Gunung berwarna hitam, melambangkan kekayaan sumler daya alam dan tekstur tanah yang agak bergelombang tidak merata terdiri dari dataran rendah dan pegunungan.
  7. Badak Bercula Satu berwarna hitam adalah satwa langka satu-satunya yang dilindungi dunia, melambangkan masyarakat yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi oleh hukum.
  8. Laut berwarna hitam dengan gelombangnya yang berwarna putih berjumlah 17 (tujuh belas) melamabangkan daerah maritim yang kaya dengan potensi lautnya, mencerminkan historis dan peluang ke depan Banten sebagai Bandar Samudera Perdagangan Internasional serta mengandung makna kedalaman. jiwa, keluasan wawasan dan pandangan, muara tempat berlindungnya masyarakat Banten.
  9. Roda gerigi berwarna abu-abu. berjumlah 10 (sepuluh), melambangkan orientasi semangat kerja pembangunan serta menunjukkan sektor industri.
  10. Dua garis Marka, Landasan Pacu Bandara Soekarno Hatta berwaarna putih dan 3 (tiga) Lampu Pemandu (Beacon Light) berbentuk bulatan berwarna kuning melambangkan pemacu semangat untuk mencapai cita-cita. Makna yang terkandung dalam angka 8 (delapan), 9 (sembilan) dan 10 (sepuluh) mempunyai arti lahirnya Propinsi Banten yang ditetapkan dan diundangkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2000, tentang pembentukan Propinsi Banten, pada tanggal 17 Oktober 2000.
  11. Pita berwarna kuning sebagai pengikat, melambangkan betapa indah dan kuatnya ikatan persatuan dan kesatuan dalam integritas dan heteroginitas masyarakat Banten.
  12. Semboyan lambang daerah Iman dan Takwa sebagai landasan pembangunan menuju Banten Mandiri, maju dan sejahtera (Darussalam).

Pandangan absolutis dalam pengetahuan matematika


Pandangan absolutis dalam pengetahuan matematika
Pandangan absolutis dalam pengetahuan matematika adalah bahwa  hal  itu terdiri dari kebenaran tertentu dan unchallengeable  (tidak  dapat  ditantang).
Menurut pandangan ini, pengetahuan matematikaadalah kebenaran  mutlak, dan merupakan pengetahuan yang unik, terlepas dari  logika  dan  pernyataan yang benar berdasarkan makna istilah, seperti 'Semua  bujangan adalah yang belum menikah'.
Banyak filsuf, baik moderndan  tradisional, memiliki pandangan yang absolute dari pengetahuan matematika. Dengan demikian, menurut Hempel: validitas matematika berasal dari ketentuan yang menentukan  makna  dari konsep-konsep matematika,dan bahwa proposisi matematika  pada  dasarnya adalah benar dengan definisi'. (FeigI dan Sellars, 1949, halaman 225)6
Pendukung lain kepastian matematika A.J.Ayer yang mengklaim berikut. Sedangkan generalisasi ilmiah adalah mudah mengaku  menjadi keliru, tampaknya kebenaran matematika dan logika diperlukan  semua  orang  dan pasti. Kebenaran logika dan matematika adalah proposisi analitik  atau  tautologies (pernyataan/berlebih-lebihan).
Kepastian dari proposisi apriori tergantung pada kenyataan  bahwa  mereka adalah tautologies. Sebuah proposisi adalah tautologi jika  analitik.  Proposisi adalah analitik jika kebenarannya semata-mata keutamaan  makna  symbol consistituent, dan dengan demikian  tidak dapat dikonfirmasi atau ditolak baik oleh fakta pengalaman. (Ayer, 1946, halaman 72, 77 dan 16).
Metode deduktif memberikan pernyataan pengetahuan matematika.  Dasar-dasar untuk mengklaim bahwa matematika (dan logika) memberikan pengetahuan benar-benarpasti, bahwa adalah kebenaran, yaitu sebagai berikut. Pertama-tama, pernyataan dasar yang digunakan dalam pembuktian dianggap benar. aksioma Matematika diasumsikan benar, untuk  tujuan  pengembangan sistem yang sedang dipertimbangkan, definisi matematika adalah benar dengan fiat, dan aksioma-aksioma  logis diterima  sebagai benar. Kedua, aturan  logika penarikan penyimpulan adalah kebenaran, yang memungkinkan mereka  tidaklain hanyalah kebenaran harus disimpulkan dari kebenaran. Berdasarkan  dari kedua fakta tersebut, setiap pernyataan dalam bukti deduktif, termasuk kesimpulan adalah benar. Jadi, karena semua teorema  matematika  dibentuk oleh alat bukti deduktif, maka semua itu adalah kebenaran  yang  pasti.  Ini merupakan dasar dari banyak filsuf yang mengklaim bahwa  kebenaran matematika adalah kebenaran yang pasti.
Pandangan absolutis terhadap pengetahuan matematika  didasarkanpada  dua jenis asumsi: para pakar matematika, mengenai asumsi  aksioma dan definisi, dan para pakar logika tentang asumsi aksioma, aturan  inferensi  dan  bahasa formal dan sintaks-nya. Ini adalah lokal atau mikro-asumsi. Ada juga kemungkinan global atau makro-asumsi, misalnya apakah cukup deduksi logis untuk mendirikan semua kebenaran matematis. penjelasan  kemudian  akan menyatakan bahwa masing-masing asumsi melemahkan klaim kepastian untuk pengetahuan matematika.
Pandangan absolutis pengetahuan matematika mengalami masalah pada  awal abad kedua puluh ketika sejumlah antinomies(pernyataan  kontroversi) dan kontradiksi(pertentangan)diturunkan dalam matematika (Kline, 1980; Kneebone, 1963; Wilder, 1965). Dalam serangkaian publikasi Gottiob Frege (1879, 1893) yang didirikan oleh jauh paling ketat  dalam  perumusan  logika matematika yang dikenal waktu itu sebagai dasar untuk pengetahuan matematika. Namun, Russell (1902) mampu menunjukkan bahwa sistem Fregeitu tidak konsisten. Masalahnya terletak pada Hukum  Frege  Kelima,  yang menetapkan harus dibentuk dari perluasan konsep apapun, dan untuk konsep atau properti yang akan diterapkan pada set (Furth, 1964). Russell menghasilkan paradoks yang terkenal dengan mendefinisikan milik 'yang tidak merupakan suatu unsur itu sendiri'. hukum Frege memungkinkan  perluasan properti ini harus dianggap sebagai suatu perangkat. Tapi kemudian menetapkan ini merupakan unsur itu sendiri jika dan  hanya  jika  tidak kontradiksi. Hukum Frege tidak dapat dijatuhkan tanpa  serius  melemahnya sistem,dan namun tidak bisa dipertahankan.
Kontradiksi lainnya juga muncul dalam teori himpunan  dan  teori  fungsi. temuan semacam itu tentu saja implikasi buruk untuk  tampilan  absolut  dari pengetahuan matematika. Karena jika matematika yang  pasti,  dan  semua teorema menghasilkan yang pasti, bagaimana bisa kontradiksi (yaitu, kepalsuan) harus antara teorema nya? Karena tidak ada  kesalahan  tentang munculnya kontradiksi-kontradiksi ini, sesuatu harus  salah dalam dasar-dasar matematika. Hasil dari krisis  ini adalah pengembangan dari sejumlah sekolah dalam filsafat matematika yang bertujuan untuk  menjelaskan  sifat  dari pengetahuan matematika dan untuk mendirikan kembali kepastiannya. Ketiga kelompok (aliran) utama yang dikenal sebagai logicism,  formalisme  dan konstruktivisme (menggabungkan intuisionisme). Prinsip-prinsip  pemikiran sekolah ini belum sepenuhnya dikembangkan sampai abad kedua  puluh,  tapi Korner (1960) menunjukkan bahwa akar filosofis mereka  dapat  ditelusuri kembali setidaknya pada masa Leibniz dan Kant.

Senin, 26 Desember 2016

HAL YANG MEMAKSA BERFIKIR SEJALAN DENGAN FLSAFAT.


Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut :
a.       Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa yunani thaumasia) sebagai asal filsafat . Plato misalnya mengatakan : maka kita memberi pengamatan bintang-bintang , matahari dan langit . Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki . Dari penyelidikan ini berasal filsafat.
b.      Kesangsian
Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu . Apakah ia tidak ditipu oleh pancra indranya kalau ia heran ? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita liat ? Dimana dapat menemukan kepastian ? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat , keyakinan dan interpretasi.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya . Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan . Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya mansuia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

alam pemikiran filsafat

Mengenal alam pemikiran filsafat



Socrates lahir bagaikan seekor lalat yang berdengung diatas kepala kerbau , sangat mengganggu dan menjengkelkan . Akan tetapi, dengungan dan teriakan socrates di setiap sudut keramaian membawa misi agar manusia mengenali dirinya . Dengan ungkapannya “kenalilah dirimu “. Ia berteriak di ruang publik sehingga banyak orang mendengar dan terpengaruh . Kaisar dan para elite politik lainnya merasa terganggu dengan teriakan socrates tersebut.



Teriakan socrates membangunkan kesadaran manusia untuk terbuka pada kebanaran dan mengenali diri sendiri sebagai manusia seungguhnya . Manusia yang merdeka , manusia yang mencintai kebijaksanaan dan manusia yang menghargai prinsip hidupnya , yaitu manusia yang senantiasa melawan arus untuk sampai pada hulu kebenaran, bukan menunggu di muara yang telah terkontaminasi oleh berbagai sampah dan cara yang tidak halal.



Socrates beranggapan bahwa nilai itu bersifat tetap dan pasti menuju pada tercapainya suatu norma yaitu norma yang bersifat mutlak dan abadi, suatu norma yang sungguh-sungguh ada dalam arti yang absolut . Tujuan hidup socrates adalah menemukan norma itu , yang ada di dalam manusia itu sendiri . Di usianya yang ke 70 tahun , ia di hukum mati oleh kaisar karena di anggap telah merusak pikirana nak-anak muda. Dalam dialog plato, apologia , socrates terus membela pentingnya filsafat , mempertahankan ketidak bersalahanya dan menunjukan ketidakadilan tuntutan itu.


Meskipun dipenjara socrates tetap memiliki kesempatan untuk melarikan diri, namun itu tidak di lakukannya . Crito sahabatnya datang dan mengatakan bahwa banyak sahabat socrates siap sedia dengan sejumlah uang sogokan dan jalan bebas serta satu tempat melarikan diri di tempat yang aman . Namun socrates menolak tawaran itu dengan jawaban yang tidak jelas dan membingungkan sahabatnya . Bagi socrates mengejar kebahagiaan dengan cara melarikan diri dari penjara itu merupakan tindakan yang tidak bermoral , ia menegaskan bahwa kesenangan pribadinya pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak penting . Oleh karena ketidak adilan yang menimpa dirinya da perlakuan buruk kaisar padanya tidak dapat dijadikan alasan baginya untuk melarikan diri dan menolak vonis hukuman mati.



Daftar Pustaka



Fautanu, Idzam . 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Referensi

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Beberapa Pandangan Tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahaun mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagaimana terdapat dalam karya rizal mustansyir
A.    Cristian Wolff
Cristian wolff mengklasifikasi ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok besar yakni pengetahaun empiris,matematika dan filsafat. Skema nya sebagai berikut :
a.       Ilmu pengetahuan empiris
1.      Kronologis empiris
2.      Psikolgis empiris
b.      Matematika
1.      Murni : aritmetika, geometri, aljabar
2.      Campuran : mekanikam , dan lain-lain
c.       Filsafat :
1.      Spekulatif (metafisika) :
a.       Umum-ontologi
b.      Khusus : psikologi,kosmologi,theologi
2.      Praktis :
a.       Intelek/logika
b.      Kehendak : ekonomi,etika,politik
c.       Pekerjaan fisik : teknologi
B.     Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan auguste comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahaun itu sendiri,yang menunjukan gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.

Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut :
1.      Ilmu pasti (matematika)
2.      Ilmu perbintangan (astronomi)
3.      Ilmu alam (fisika)
4.      Ilmu kimia
5.      Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6.      Fisika sosial (sosiologi)

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut auguste comte secara garis besar dapat diskemakan sebagai berikut :
a.       Ilmu pengetahuan:
1.      Logika (matematika murni)
2.      Ilmu pengetahuan empiris :  astronomi,fisika,kimia, biologi, sosiologi
b.      Filsafat
1.      Metafisika
2.      Filsafat ilmu pengetahuan : pada umumnya, pada khusunya.

C.     Thomas S. Kuhn
Thomas S. Khun berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner , bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya . Revolusi inilah pertama-tama menyentuh wilayah paradigma yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret.

Daftar Pustaka

Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat . Jakarta : Bumi Aksara